TELEGRAM APP
Telegram adalah salah satu aplikasi pesan instan yang semakin populer di kalangan pengguna smartphone dan desktop. Diciptakan dengan tujuan memberikan pengalaman komunikasi yang cepat, aman, dan berbasis cloud, Telegram menawarkan berbagai fitur yang mendukung privasi, keamanan, dan fleksibilitas. Sejak diluncurkan, aplikasi ini telah menjadi pilihan utama bagi banyak pengguna yang mencari alternatif dari aplikasi perpesanan lain yang lebih umum, seperti WhatsApp. Fokus utama Telegram adalah privasi pengguna dan kecepatan dalam pengiriman pesan.
Telegram dikembangkan oleh Pavel Durov dan saudaranya Nikolai Durov pada tahun 2013. Pavel Durov sebelumnya dikenal sebagai pendiri jejaring sosial terbesar di Rusia, VKontakte (VK). Setelah menghadapi masalah politik dan hukum di Rusia, Pavel memutuskan untuk meninggalkan VK dan memulai proyek baru yang berfokus pada komunikasi yang aman dan privasi.
Nikolai Durov, yang ahli di bidang enkripsi, membantu mengembangkan protokol MTProto yang digunakan Telegram untuk menjaga keamanan data penggunanya. Pada 14 Agustus 2013, aplikasi ini resmi diluncurkan untuk perangkat iOS, dan tak lama kemudian diikuti oleh versi Android. Telegram dengan cepat menarik perhatian pengguna di seluruh dunia karena fitur keamanannya yang canggih dan kebebasan berekspresi yang ditawarkannya.
Kelebihan Telegram Dibanding Aplikasi Serupa, Seperti WhatsApp
Telegram sering dibandingkan dengan WhatsApp, karena keduanya adalah aplikasi perpesanan yang sangat populer. Namun, Telegram memiliki sejumlah keunggulan yang membuatnya berbeda dan lebih unggul dalam beberapa aspek:
Ukuran Grup yang Lebih Besar
Telegram memungkinkan pengguna untuk membuat grup dengan hingga 200.000 anggota, jauh lebih banyak dibandingkan WhatsApp yang membatasi jumlah anggota grup hingga 1024. Ini menjadikan Telegram sangat cocok untuk komunitas besar, organisasi, dan saluran informasi.
Penyimpanan Berbasis Cloud
Salah satu fitur utama Telegram adalah penyimpanan berbasis cloud, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses pesan, foto, video, dan file dari perangkat apapun. Tidak seperti WhatsApp yang menyimpan pesan secara lokal di perangkat, pengguna Telegram dapat menyimpan data tanpa khawatir kehilangan ruang penyimpanan di ponsel.
Bot dan Fitur Lainnya
Telegram mendukung penggunaan bot, yaitu akun yang dijalankan oleh perangkat lunak yang dapat melakukan berbagai fungsi, seperti menyajikan informasi berita, menerjemahkan teks, atau mengelola grup. Ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar untuk penggunaan otomatis dan integrasi dengan layanan lain, sesuatu yang tidak sefleksibel di WhatsApp.
Dukungan File yang Lebih Besar
Telegram memungkinkan pengguna mengirim file hingga ukuran 2 GB per file, sementara WhatsApp membatasi pengiriman file hanya hingga 2-100 MB tergantung jenis file. Ini sangat menguntungkan bagi pengguna yang sering berbagi file berukuran besar, seperti video atau dokumen berkualitas tinggi.
Keamanan dan Privasi Lebih Lanjut
Telegram menawarkan enkripsi end-to-end pada fitur percakapan rahasia (Secret Chats), sementara untuk obrolan biasa menggunakan enkripsi server-client. Selain itu, Telegram tidak mewajibkan pengguna untuk membagikan nomor telepon mereka kepada pengguna lain untuk berkomunikasi, cukup menggunakan nama pengguna (username). WhatsApp, di sisi lain, sangat bergantung pada nomor telepon.
Channel untuk Penyiaran
Telegram memungkinkan pengguna untuk membuat “channel” yang dapat diikuti oleh banyak orang. Channel ini mirip dengan siaran satu arah, di mana admin dapat berbagi pesan dengan pengikutnya tanpa batasan jumlah. Fitur ini tidak dimiliki WhatsApp, yang hanya memungkinkan penggunaan fitur "broadcast" dengan batasan tertentu.
Pengembangan yang Terbuka (Open API)
Telegram membuka API-nya untuk pengembang, memungkinkan berbagai aplikasi pihak ketiga untuk berinteraksi dengan Telegram. Ini membuka banyak peluang untuk inovasi dan menciptakan pengalaman pengguna yang lebih kaya.
Telegram hingga kini diiringi oleh sejumlah peristiwa penting dan kontroversi yang mempengaruhi popularitas serta persepsi terhadap aplikasinya. Berikut adalah beberapa kejadian signifikan yang mewarnai perjalanan Telegram:
1. Penolakan Terhadap Pemerintah Rusia (2014-2018)
Telegram mengalami konflik serius dengan pemerintah Rusia, negara asal pendirinya, Pavel Durov. Pemerintah Rusia menuntut akses ke data pengguna Telegram dan meminta agar kunci enkripsi aplikasi diserahkan kepada mereka. Pemerintah beralasan bahwa langkah ini diperlukan untuk melacak aktivitas terorisme. Namun, Pavel Durov menolak, dengan alasan bahwa menyerahkan kunci enkripsi akan melanggar privasi pengguna.
Pada tahun 2018, setelah penolakan ini, pemerintah Rusia memblokir Telegram di negaranya. Namun, blokir ini tidak sepenuhnya efektif, karena banyak pengguna Rusia masih dapat mengakses Telegram dengan menggunakan layanan VPN. Blokir ini akhirnya dicabut pada Juni 2020, ketika pemerintah Rusia mengakui kegagalannya menutup akses Telegram secara efektif.
2. Pertumbuhan Pesat Akibat Kebijakan Privasi WhatsApp (2021)
Pada awal tahun 2021, WhatsApp memperkenalkan perubahan kebijakan privasi yang kontroversial, di mana pengguna diwajibkan untuk menyetujui berbagi data dengan Facebook. Perubahan ini memicu kemarahan di antara banyak pengguna, terutama karena kekhawatiran terkait privasi data. Sebagai hasilnya, jutaan orang beralih ke alternatif seperti Telegram dan Signal. Pada bulan Januari 2021, Telegram mencatat lonjakan pengguna baru hingga 25 juta orang dalam waktu 72 jam, menjadikannya salah satu momen pertumbuhan tercepat dalam sejarah aplikasi tersebut.
3. Pemblokiran di Iran dan Cina
Selain di Rusia, Telegram juga dilarang di beberapa negara lain seperti Iran dan Cina. Di Iran, Telegram diblokir pada tahun 2018 setelah digunakan secara luas dalam demonstrasi anti-pemerintah. Pemerintah Iran khawatir bahwa Telegram digunakan oleh kelompok oposisi untuk mengorganisir protes dan menyebarkan pesan-pesan yang mengkritik pemerintah. Meskipun diblokir, banyak warga Iran terus menggunakan Telegram melalui VPN dan aplikasi pihak ketiga.
Di Cina, Telegram sudah lama dilarang, sebagai bagian dari kontrol ketat pemerintah terhadap komunikasi digital. Pemerintah Cina sangat waspada terhadap aplikasi komunikasi yang tidak bisa mereka kendalikan, dan Telegram termasuk salah satu aplikasi yang tidak dapat diakses tanpa menggunakan alat bypass seperti VPN.
4. Kontroversi Terkait Terorisme
Telegram juga sering disorot karena digunakan oleh kelompok teroris dan ekstrimis untuk berkomunikasi secara rahasia. Aplikasi ini, terutama fitur obrolan rahasia (Secret Chats) yang dienkripsi end-to-end, menjadi favorit bagi kelompok-kelompok seperti ISIS. Pada tahun 2015, ISIS dikabarkan menggunakan Telegram untuk menyebarkan propaganda dan mengoordinasikan serangan.
Sebagai tanggapan, Telegram mulai mengambil langkah untuk menghapus saluran dan akun yang terkait dengan terorisme. Ribuan saluran yang mempromosikan kekerasan atau konten ekstremis telah diblokir oleh Telegram. Meskipun demikian, masalah ini tetap menjadi tantangan besar bagi perusahaan, yang berada di antara menjaga privasi pengguna dan mematuhi hukum internasional yang menginginkan pengawasan terhadap aktivitas teroris.
5. Penggalangan Dana Melalui ICO (Initial Coin Offering)
Pada tahun 2018, Telegram mencoba memasuki dunia cryptocurrency dengan merencanakan platform blockchain-nya sendiri, yaitu Telegram Open Network (TON). Telegram menggelar ICO (Initial Coin Offering) untuk menggalang dana, dan berhasil mengumpulkan sekitar $1,7 miliar dari investor.
Namun, proyek ini menemui hambatan besar ketika Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menganggap bahwa penjualan token yang dilakukan Telegram ilegal karena dianggap sebagai sekuritas yang tidak terdaftar. Pada akhirnya, Telegram membatalkan proyek TON pada Mei 2020 setelah bertarung di pengadilan dengan SEC, dan perusahaan juga diwajibkan untuk mengembalikan sebagian besar dana kepada investor.
6. Popularitas di Tengah Demonstrasi Global
Telegram semakin populer di tengah-tengah gerakan protes global. Misalnya, aplikasi ini menjadi alat komunikasi utama dalam demonstrasi pro-demokrasi di Hong Kong pada tahun 2019, serta gerakan protes di Belarusia pada tahun 2020. Di kedua negara tersebut, Telegram digunakan karena dianggap lebih aman dan sulit disensor dibanding aplikasi perpesanan lain yang lebih umum digunakan.
Di Belarusia, Telegram menjadi alat komunikasi krusial bagi para demonstran setelah pemilihan presiden yang dipersengketakan. Pemerintah berusaha menutup akses internet dan membatasi komunikasi, tetapi Telegram tetap bisa diakses oleh para pengguna, berkat sifatnya yang terdesentralisasi.
7. Masalah Terkait Konten Dewasa
Telegram juga menghadapi kritik terkait penyebaran konten dewasa dan ilegal. Beberapa pengguna melaporkan bahwa platform ini digunakan untuk menyebarkan konten pornografi tanpa izin, termasuk pelecehan anak, yang menimbulkan tantangan bagi Telegram dalam mengawasi dan menghapus konten semacam ini.Telegram telah berkomitmen untuk memerangi konten yang tidak sah, tetapi banyak pihak yang menilai bahwa Telegram harus lebih proaktif dalam mengatasi masalah ini.
Sejak diluncurkan, Telegram telah menghadapi berbagai tantangan mulai dari tekanan politik, kontroversi terkait terorisme, hingga masalah hukum internasional. Meskipun begitu, aplikasi ini tetap tumbuh dan populer, terutama di kalangan pengguna yang mengutamakan privasi dan kebebasan berekspresi. Peristiwa-peristiwa ini telah membentuk Telegram menjadi platform yang dikenal sebagai simbol perlawanan terhadap sensor dan kontrol pemerintah di banyak negara. Secara keseluruhan, Telegram menawarkan banyak fitur unik dan fleksibilitas yang tidak dimiliki oleh aplikasi perpesanan serupa seperti WhatsApp. Keunggulan dalam hal privasi, kemampuan untuk mengirim file berukuran besar, serta fitur bot dan channel, membuat Telegram menjadi pilihan menarik bagi pengguna yang mencari platform komunikasi yang lebih canggih dan bebas dari batasan. Telegram terus berkembang dan memberikan solusi yang lebih baik bagi mereka yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam berkomunikasi.
Comments